Kecerdasan Artifisial: Mengulik Antara Kesepian dan Kebahagiaan

Apa yang membuat kamu bahagia?
Pertanyaan ini tampaknya
sederhana, tetapi sebenarnya cukup membuat kita untuk merenung tentang
bagaimana kita menjalani hidup. Seiring berjalannya waktu, jawaban kita
cenderung berubah. Hal ini menunjukkan bahwa pikiran manusia bisa sangat unreliable,
berubah-ubah sesuai keadaan. Namun, melalui puluhan tahun studi tentang
kualitas hidup manusia, diketahui bahwa hubungan sosial merupakan faktor yang
sangat krusial dalam menentukan angka harapan hidup manusia. Tidak hanya itu,
kualitas hubungan seseorang dengan orang di sekitarnya bahkan juga diketahui
berpengaruh terhadap kebahagiaan. Istilah yang tepat untuk menggambarkan
situasi tidak menyenangkan tersebut adalah loneliness atau kesepian.
Lalu, pertanyaan selanjutnya: Kapan seseorang merasa kesepian?
Shovestul dkk melakukan riset untuk mempelajari
faktor penyebab kesepian dengan analisis regresi terhadap data survei UCLA
Loneliness (TestMyBrain.org) yang melibatkan 4.885 orang berusia 10 hingga 97
tahun di Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor terbesar yang membuat
seseorang merasa kesepian adalah karakteristik dan keberadaan (lokasi) individu
tersebut. Secara khusus, puncak kesepian terjadi pada usia 19 tahun, saat
seseorang sedang mengalami transisi besar dalam hidup, salah satunya dengan
memasuki dunia kampus. Menempuh pendidikan tinggi seringkali membuat seorang
remaja harus pergi meninggalkan rumah dan orang-orang terdekatnya. Akibatnya,
ia akan merasa ter-diskoneksi dengan orang-orang lamanya dan merasa asing di
lingkungan barunya. Ia tidak mendapatkan hubungan atau koneksi seperti yang
diharapkan. Itulah mengapa ada orang yang kesepian meskipun dalam keramaian. Kesepian
pada masa ini sangat krusial untuk kesejahteraan mental mereka, karena ini
adalah fase transisi dari kehidupan anak remaja menuju orang dewasa. Temuan ini
dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil tindakan intervensi kesehatan
masyarakat, terutama pada remaja.
Loneliness
dan social isolation adalah epidemik baru
Pada
tahun 2023, U.S. Surgeon General’s Advisory on the Healing Effects of
Social Connection and Community merilis panduan 82 halaman yang membahas
epidemi kesepian dan isolasi sosial di Amerika. Laporan ini mencatat bahwa satu dari dua orang
dewasa mengalami kesepian. Tingkat kematian akibat perasaan ini setara dengan
mengonsumsi 15 batang rokok per hari, bahkan lebih tinggi dari risiko kematian
akibat obesitas atau kurangnya aktivitas fisik. Studi lain melaporan kemungkinan
peningkatan kematian akibat kesepian, isolasi sosial, atau hidup sendirian
mencapai mencapai 26-32%.
Isolasi sosial dan kesepian adalah masalah besar yang memengaruhi kesejahteraan individu dan kesehatan masyarakat. Solusinya sederhana: kita hanya perlu berinteraksi dengan orang yang kita pedulikan, namun faktanya sebagian besar orang kesepian tidak memiliki orang dekat. Dalam membantu mengatasi hal tersebut salah satu solusi yang bisa dilakukan dengan menggunakan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/ AI), khususnya agen AI percakapan, yang bisa memberikan dukungan dan teman virtual yang disesuaikan untuk orang yang merasa terisolasi. Agen AI percakapan, yang memiliki kemampuan khusus untuk memberikan dukungan yang empatik dan personal dapat meningkatkan keterhubungan sosial dan kesejahteraan mereka. Riset yang dilakukan Jaber O. Alotaibi dan timnya menyatakan bahwa agen AI percakapan memiliki potensi besar untuk membantu orang yang terisolasi, dengan meningkatkan keterhubungan sosial dan kesejahteraan mereka (Alotaibi & Alshahre, 2024). Temuan ini dapat memberikan panduan bagi para peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan yang ingin menggunakan teknologi untuk mengatasi kesepian dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat. Selain itu AI juga bisa digunakan untuk mengembangkan mental health support berbasis AI yang dapat mendeteksi gejala gangguan kesehatan mental dan menghubungkan individu dengan profesional untuk mendapatkan pertolongan dini. Namun perlu dipahami di sini bahwa AI hanya sebagai alat bantu, sehingga penggunaannya perlu diatur dengan jelas dan tetap dengan panduan psikolog.
Jadi, kapan terakhir kali
kamu menghabiskan waktu dengan orang yang kamu sayangi?
-Fadhilah-
Referensi:
https://youtu.be/vSQjk9jKarg?si=dqlQMVT67yx9YXM7
Shovestul B, Han J, Germine L, Dodell-Feder D
(2020) Risk factors for loneliness: The high relative importance of age versus
other factors. PLoS ONE 15(2): e0229087. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229087
Office of the Surgeon General (OSG). Our Epidemic of
Loneliness and Isolation: The U.S. Surgeon General’s Advisory on the Healing
Effects of Social Connection and Community [Internet]. Washington (DC): US
Department of Health and Human Services; 2023–. PMID: 37792968.
Alotaibi, J. O., & Alshahre, A. S. (2024). The role of
conversational AI agents in providing support and social care for isolated
individuals. Alexandria Engineering Journal, 108, 273–284. https://doi.org/10.1016/J.AEJ.2024.07.098